infojatengupdate.com – Hubungan dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) kembali memanas. Pemerintah AS secara resmi mengenakan tarif impor minimum sebesar 145% atas barang dari China. Keputusan ini memperkuat sikap keras Presiden AS Donald Trump dalam menghadapi mitra dagangnya di tengah ketegangan global yang terus meningkat.
Dikutip dari The New York Times, pengumuman ini keluar hanya sehari setelah Trump menyatakan akan menaikkan tarif impor China menjadi 125%. Namun kini, tarif yang berlaku justru lebih tinggi, yakni 145% sebagai batas bawah—dan bisa lebih dari itu.

Lapisan Tarif yang Semakin Rumit
Dengan tarif baru ini, hampir semua produk China—mulai dari elektronik, mainan, sampai alat rumah tangga—akan mengalami lonjakan biaya masuk. Selain itu, tarif sebelumnya seperti 25% untuk baja dan aluminium juga tetap berlaku. Gedung Putih menyatakan bahwa tarif ini bisa bertambah seiring kebijakan lanjutan lainnya.
Bagi pelaku usaha di AS, kebijakan ini menciptakan ketidakpastian tinggi. Distributor dan pengecer kini kesulitan memperkirakan biaya impor, apalagi dengan struktur tarif yang tumpang tindih.
Barang-barang yang masih dalam perjalanan diberi pengecualian sementara. Namun waktu penyesuaian logistik sangat sempit, hanya hitungan hari.
Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?
Indonesia merupakan mitra dagang bagi kedua negara besar ini. Maka tak heran, efek perang dagang turut terasa langsung ke ekonomi nasional.
1. Asing Kabur dari Pasar Saham RI
Ketegangan global membuat investor global memilih aset yang lebih aman. Dalam seminggu pasca Lebaran, investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) besar-besaran:
- Hari pertama pasar dibuka: asing keluar hingga Rp3,87 triliun
- Dua hari berikutnya: net sell masih berlanjut
- Total sejak awal 2025: asing telah menjual saham Indonesia hingga Rp35,64 triliun
Ini mencerminkan kekhawatiran atas risiko global yang meningkat.
2. Ekspor RI ke China Terancam Turun
Dengan turunnya permintaan China akibat beban tarif dari AS, ekspor Indonesia berpotensi ikut melemah. Produk mentah dan bahan baku dari Indonesia bisa tak terserap karena pabrik China kehilangan pasar ekspor utamanya.
Padahal, dalam tiga tahun terakhir, ekspor nonmigas Indonesia ke China selalu di atas US$60 miliar per tahun.
3. PMA Terancam Ikut Turun
Tak hanya perdagangan, dampak juga berimbas ke Penanaman Modal Asing (PMA). Jika ekonomi China dan AS melambat, potensi investasi ke Indonesia pun ikut menyusut.
- Pada 2024, PMA dari China ke Indonesia tercatat US$8,1 miliar (Rp136 triliun)
- Angka ini naik terus setiap tahun
- Namun dengan tekanan global, tren tersebut bisa terhenti atau bahkan turun
Perang dagang China vs AS bukan sekadar urusan dua negara. Dampaknya menyebar ke seluruh dunia—termasuk Indonesia. Mulai dari pasar saham, ekspor, hingga arus investasi, semua terpengaruh oleh ketegangan ekonomi global ini.
Pemerintah Indonesia perlu sigap mencari pasar baru dan menjaga stabilitas investasi agar tak terseret arus negatif yang ditimbulkan oleh dua raksasa dunia ini.